Kontraspedia – Bencana banjir bandang yang melanda Spanyol dalam beberapa hari terakhir telah mengakibatkan korban jiwa sebanyak 158 orang. Hujan deras yang mengguyur wilayah ini menyebabkan banjir besar, yang tidak hanya merenggut banyak nyawa tetapi juga meluluhlantakkan berbagai infrastruktur penting. Tim penyelamat berhasil menemukan delapan jenazah pada Kamis (31/10) yang terperangkap di dalam garasi, di tengah terus berlangsungnya operasi pencarian korban hilang.
Dikutip dari laporan BBC pada Jumat (1/11), dari total 158 korban jiwa tersebut, sebanyak 155 korban berasal dari wilayah Valencia di bagian timur, dua lainnya dari Castilla-La Mancha, dan satu lagi dari wilayah Andalusia. Hingga saat ini, pemerintah belum memberikan informasi resmi terkait jumlah pasti orang yang masih hilang dalam tragedi ini, yang disebut sebagai banjir paling mematikan di Eropa dalam beberapa tahun terakhir.
Menteri Pertahanan Spanyol, Margarita Robles, memperingatkan bahwa jumlah korban jiwa kemungkinan besar akan bertambah. Sementara itu, pihak oposisi melayangkan kritik tajam terhadap pemerintah pusat di Madrid, yang dinilai lamban dalam memberikan peringatan dini serta terlambat mengirimkan bantuan tim penyelamat. Menurut mereka, pemerintah seharusnya bisa bergerak lebih cepat untuk menyelamatkan lebih banyak nyawa.
Wali Kota Valencia, Maria Jose Catala, menginformasikan bahwa dari delapan jenazah yang ditemukan, salah satunya merupakan seorang petugas polisi setempat yang tewas tenggelam di garasi di pinggiran Kota La Torre. Selain itu, seorang wanita berusia 45 tahun juga ditemukan meninggal di rumahnya di daerah yang sama. Warga setempat menyatakan bahwa korban seharusnya bisa diselamatkan jika ada peringatan dini yang memadai.
Banjir ini juga merusak infrastruktur kota secara signifikan. Para ahli meteorologi melaporkan bahwa hujan deras selama delapan jam pada Selasa (29/10) menghasilkan curah hujan dengan intensitas sangat tinggi yang memicu banjir bandang. Air yang meluap menghancurkan jembatan, merusak jalan raya, rel kereta api, serta menggenangi lahan pertanian yang menjadi sumber penghasilan utama di wilayah ini. Valencia, yang merupakan daerah penghasil jeruk terbesar di Spanyol, mengalami kerugian besar karena kebun-kebun jeruknya terendam banjir.
Wali Kota Paiporta, Maribel Albalat, mengaku bahwa pihaknya tidak pernah menerima peringatan mengenai potensi bahaya banjir yang melanda. Ia juga melaporkan bahwa sebanyak 62 orang di kotanya menjadi korban jiwa. Ketidaksiapan ini menjadi sorotan publik, terutama bagi warga yang merasa bahwa nyawa mereka terancam karena minimnya peringatan dari pemerintah daerah maupun pusat.
Di wilayah Utiel yang juga terdampak parah, Sungai Magro meluap dan menyebabkan banjir yang merendam rumah-rumah dengan air setinggi tiga meter. Kota berpenduduk sekitar 12.000 jiwa ini mengalami kerusakan yang cukup parah, terutama karena banyak rumah yang hanya memiliki satu lantai. Wali Kota Utiel, Ricardo Gabaldon, melaporkan bahwa sedikitnya enam orang tewas, sebagian besar merupakan lansia atau penyandang disabilitas yang tidak dapat menyelamatkan diri di tengah bencana ini.
Para warga dan pemimpin lokal menyerukan perlunya peningkatan sistem peringatan dini dan penanganan bencana agar tragedi serupa tidak terulang. Keterlambatan dalam penyampaian informasi ini dianggap sebagai salah satu faktor yang memperburuk kondisi dan meningkatkan jumlah korban jiwa.