Kontraspedia – Kementerian Kesehatan Indonesia memperkirakan bahwa sekitar 1,7 persen penduduk Indonesia menderita lupus, sebuah penyakit autoimun yang menyerang sistem tubuh itu sendiri. Penyakit Lupus Eritematosus Sistemik (LES) ini lebih sering ditemukan pada perempuan daripada laki-laki. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Siti Nadia Tarmizi, menjelaskan bahwa lupus merupakan kondisi di mana sistem kekebalan tubuh keliru menyerang jaringan tubuh yang sehat. Meskipun penyakit ini dapat mempengaruhi banyak organ tubuh, pengobatan yang tepat dan deteksi dini dapat meningkatkan kualitas hidup pasien, sehingga usia harapan hidup pasien lupus tidak berbeda jauh dengan populasi umum lainnya.
Secara global, data menunjukkan bahwa sekitar 100 orang per 100.000 penduduk dewasa mengalami lupus. Penyakit ini sering kali terdeteksi pada usia produktif, biasanya antara usia 18 hingga 30 tahun, yang sering kali sudah bekerja atau beraktivitas dengan intensitas tinggi. Salah satu tantangan terbesar lupus adalah gejalanya yang bervariasi, yang seringkali mirip dengan penyakit lain, sehingga bisa saja terlambat didiagnosis. Oleh karena itu, Nadia menggarisbawahi pentingnya pemeriksaan dini untuk mengenali lupus lebih cepat, terutama pada individu berisiko, seperti mereka yang memiliki riwayat keluarga dengan penyakit ini.
Beberapa faktor yang dapat memicu lupus di antaranya adalah paparan sinar matahari yang berlebihan, infeksi berat, dan penggunaan obat-obatan tertentu yang bisa memicu munculnya gejala lupus. Selain itu, jika terdapat riwayat keluarga dengan lupus, maka pemeriksaan sejak dini sangat dianjurkan. Nadia menjelaskan bahwa pemeriksaan laboratorium dapat membantu mendeteksi keberadaan zat lupus dalam tubuh, yang menjadi tanda awal dari penyakit ini. Oleh karena itu, pemeriksaan rutin, khususnya pada usia 15 hingga 25 tahun, sangat penting dilakukan, terutama bagi calon pengantin yang berisiko mengembangkan penyakit ini.
Lupus sering disebut sebagai “penyakit seribu wajah” karena dapat menyerang berbagai organ tubuh, seperti kulit, ginjal, jantung, dan sendi. Gejalanya bervariasi, mulai dari ruam merah di wajah, demam tinggi, hingga kelelahan berlebih. Gejala-gejala ini sering disalahartikan dengan penyakit lain, sehingga lupus membutuhkan diagnosis yang tepat dari tenaga medis. Dalam upaya untuk mengurangi angka keterlambatan diagnosis dan memastikan pasien mendapatkan pengobatan yang tepat, Nadia mendorong pentingnya deteksi dini.
Kemendikkes juga memperkenalkan program Saluri, sebuah alat untuk deteksi dini lupus yang bisa dilakukan secara mandiri. Alat ini dapat membantu masyarakat mengenali gejala lupus sebelum melanjutkan pemeriksaan lebih lanjut di fasilitas kesehatan. Beberapa gejala yang dapat dicurigai sebagai tanda lupus antara lain kelainan darah seperti anemia, ruam kemerahan di wajah, sensitivitas terhadap sinar matahari, demam tinggi, nyeri dada, serta mudah lelah.
Dengan pemeriksaan dini, biaya pengobatan dapat ditekan karena penyakit ini dapat ditangani sejak tahap awal, sehingga mencegah komplikasi yang lebih berat. Selain itu, Nadia juga menekankan pentingnya kolaborasi antar kementerian dan lembaga terkait untuk mengenali dan menangani lupus lebih awal. Salah satu upaya yang dilakukan adalah penyusunan Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK) untuk menangani lupus, yang saat ini sedang dalam tahap revisi. Pedoman ini juga akan melibatkan organisasi profesi seperti PAPDI (Perhimpunan Ahli Penyakit Dalam Indonesia) dan Perhimpunan Rheumatologi Indonesia (IRA) untuk meningkatkan kualitas pelayanan.
Selain itu, promosi kesehatan dan edukasi kepada masyarakat terus digencarkan. Masyarakat diharapkan lebih sadar akan pentingnya pemeriksaan dini dan mengenali gejala lupus sejak awal. Dengan pengetahuan yang lebih luas tentang penyakit ini, diharapkan penemuan kasus lupus bisa meningkat, sehingga penanganan dapat dilakukan lebih cepat dan efektif. Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan terus berupaya untuk memberikan informasi yang akurat dan mendorong masyarakat untuk proaktif dalam memeriksakan kesehatan mereka.